ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
KETIDAKBERDAYAAN / KETIDAKMAMPUAN
Ketidakberdayaan merupakan persepsi
individu bahwa segala tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu
keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau
kegiatan yang baru dirasakan.
1. PENGKAJIAN
Data-data yang biasa ditampilkan
pada pasien dengan ketidakberdayaan adalah mengatakan secara verbal
ketidakmampuan mengendalikan atau memengaruhi situasi.
a.
Menagatakan tidak dapat menghasilkan sesuatu.
b.
Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri.
c.
Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
saat kesempatan diberikan.
d.
Segan mengekspresikan perasaan yang sebenarnya.
e.
Apatis, pasif.
f.
Ekspresi muka murung.
g.
Bicara dengan lambat.
h.
Nafsu makan tidak ada atau berlebihan.
i.
Tidur berlebihan.
j.
Menghindari orang lain.
2. DIAGNOSA
Karena ketidakberdayaan dapat
menyebabkan gangguan harga diri maka diagnose keperawatan dapat dirumuskan:
1)
Gangguan harga diri: harga diri rendah
berhubungan dengan ketidakberadayaan.
2)
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang kegiatan perioperatif.
3)
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan
hilangnya salah satu anggota badan akibat amputasi.
3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1)
Gangguan
harga diri: harga diri rendah berhubungan dengan ketidakberadayaan.
Tujuan umum:
Pasien dapat
melakukan cara pengambilan keputusan yang efektif untuk mengendalikan situasi
kehidupannya dengan demikian menurunkan perasaan rendah diri.
Tujuan khusus:
Pasien dapat
membina hubungan terapeutik dengan perawat.
Tindakan:
a.
Lakukan pendekatan yang hangat, menerima pasien
apa adanya dan bersifat empati.
b.
Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan
reaksi diri perawat sendiri (misalnya rasa marah, frustasi dan simpati).
c.
Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina
hubungan yang sifatnya sportif.
d.
Beri waktu untuk pasien berespons.
Pasien dapat
mengenali dan mengekspresikan emosi.
Tindakan:
a.
Tunjukkan respon emosional dan menerima pasien.
b.
Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka,
eksplorasi, klarifikasi.
c.
Bantu pasien untuk mengekspresikan perasaannya.
d.
Bantu pasien mengidentifikasi area-area situasi
kehidupannya yang tidak berada dalam kemampuannya untuk mengontrol.
e.
Dorong untuk menyatakan secara verbal
perasaan-perasaannya yang berhubungan dengan ketidakmampuan.
Pasien dapat memodifikasi pola kognitif negative.
Tindakan:
a.
Diskusikan tentang masalahyang dihadapi pasien
tanpa memintanya untuk menyimpulkan.
b.
Identifikasi pemikiran yang negative dan bantu
untuk menurunkannya melalui interupsi atau substitusi.
c.
Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yang
positif.
d.
Evaluasi ketepatan persepsi, logika dan
kesimpulan yang dibuat pasien. Identifikasi persepsi pasien yang tidak lengkap,
penyimpangan dan pendapatnya yang tidak rasional.
e.
Kurangi penilaian pasien yang negative terhadap
dirinya.
f.
Bantu pasien untuk menyadari nilai yang
dimilikinya atau perilakunya dan perubahan yang terjadi.
Pasien dapat
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan perawatnya.
Tindakan:
a.
Libatkan pasien dalam menetapkan tujuan-tujuan
perawatannya yang ingin dicapai.
b.
Motivasi pasien untuk membuat jadwal aktifitas
perawatan dirinya.
c.
Berikan pasien privasi sesuai kebutuhan yang
ditentukan.
d.
Berikan “reinforcement” positif untuk keputusan
yang dibuat.
e.
Beri pujian jika klien berhasil melakukan
kegiatan atau penampilan yang bagus.
f.
Motivasi pasien untuk mempertahankan penampilan
sehari-hari.
Pasien dapat termotivasi aktif untuk mencapai tujuan yang realistis.
Tindakan:
a.
Bantu pasien untuk menetapkan tujuan-tujuan yang
realistik. Foskuskan kegiatan pada saat ini bukan pada kegiatan masa lalu.
b.
Bantu pasien mengidentifikasi area-area situasi
kehidupan yang dapat dikontrol.
c.
Identifikasi cara-cara yang dapat dicapai oleh
pasien. Dorong untuk berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas tersebut dan
berikan penilaian positif untuk berpartisipasi dan pencapaiannya.
d.
Motivasi keluarga untuk berperan aktif falam
membantu pasien menurunkan perasaan ketidakberdayaan.
2)
Ansietas
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan perioperatif.
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan pasien mampu
mengontrol tingkat ansietasnya serta mampu mengkomunikasikan perasaan dengan
tepat dengan kriteria hasil:
-
TTV normal
-
Pasien tampak rileks.
Intervensi:
1.
Memberikan bantuan secara fisik dan psikologis,
memberikan dukungan moral.
2.
Menerangkan prosedur operasi dengan
sebaik-baiknya.
3.
Mengatur waktu khusus dengan klien untuk
berdiskusi tentang kecemasan klien.
4.
Bina hubungan saling percaya dengan oasien dan
keluarga pasien.
5.
Kolaborasi: beri obat untuk mengurangi ansietas.
3)
Gangguan
citra tubuh berhubungan dengan hilangnya salah satu anggota badan akibat
amputasi.
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan pasien dapat menerima
keadaan tubuhnya yang sekarang dengan kriteria hasil:
-
Pasien tampak percaya diri.
-
Pasien dapat menerima keadaan tubuhnya.
Intervensi:
1.
Diskusikan persepsi pasien tentang citra
tubuhnya yang dulu dan saat ini, perasaan dan harapan yang dulu dan saat ini
terhadap citra tubuhnya.
2.
Diskusikan potensi bagian tubuh yang lain.
3.
Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian
tubuh yang terganggu.
4.
Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang
secara bertahap.
5.
Bantu pasien menyentuh bagian tersebut.
6.
Motivasi pasien untuk melakukan aktivitas yang
mengarah kepada pembentukan tubuh yang ideal.
7.
Lakukan interaksi secara bertahap.
8.
Dorong melakukan aktivitas sehari-hari dan
terlibat dalam keluarga dan social.
9.
Dorong untuk mengunjungi teman atau orang lain
yang berarti atau mempunyai peran penting baginya.
10. Beri
pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyu, Purwaningsih, Ina Karlina. 2009. Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar