I. KONSEP DASAR PENYAKIT
I.1.
DEFINISI
Sistitis
atau radang kandung kemih, lebih sering terdapat pada wanita daripada pria,
karena dekatnya muara uretra dan vagina dengan daerah anal. Organisme
gram-negatif dapat sampai ke kandung kemih selama bersetubuh, terutama uretra,
atau karena kurang higienis. Biasanya organisme ini cepat dikeluarkan sewaktu
berkemih (miksi). Pada pria, secret prostat memiliki sifat antibacterial. (Jan Tambayong,
2000)
Sistitis
adalah inflamasi kandung kemih. Inflamasi ini dapat disebabkan oleh infeksi
bakteri (biasanya Escherichia coli)
yang menyebar dari uretra atau karena respon alergik atau akibat iritasi
mekanis pada kandung kemih. Gejalanya adalah sering berkemih dan nyeri
(disuria) yang disertai darah dalam urine (hematuria). (Ethel Stoane, 2003)
Sistitis
adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh infeksi
asenden dari uretra. Penyebab lainnya mungkin aliran balik urine dari uretra ke
dalam kandung kemih (refluks uretrovesikal), kontaminasi fekal, atau penggunaan
kateter atau sistoskop. Sistitis terjadi lebih sering pada wanita; biasanya
disebabkan oleh Escherichia coli.
Awitan aktivitas seksual berkaitan dengan peningkatan frekuensi infeksi saluran
perkemihan pada wanita, terutama mereka yang gagal untuk berkemih setelah
melakukan hubungan seksual. Infeksi juga berkaitan dengan penggunaan
kontrasepsi spermasida-diafragma karena kontrasepsi ini dapat menyebabkan
obstruksi uretra parsial dan mencegah pengosongan sempurna kandung kemih.
Sistitis pada pria merupakan kondisi sekunder akibat beberapa factor (mis.,
prostat yang terinfeksi, epididimitis, atau batu pada kandung kemih). (Diane C.
Baughman, 2000)
I.2.
ETIOLOGI
Pada umumnya disebabkan oleh basil
gram negatif Escheriachia Coli yang dapat menyebabkan kira-kira 90% infeksi
akut pada penderita tanpa kelainan urologis atau kalkuli. Batang gram negatif
lainnya termasuk proteus, klebsiella, enterobakter, serratea, dan pseudomonas
bertanggung jawab atas sebagian kecil infeksi tanpa komplikasi. Organisme-organisme
ini dapat menjadi bertambah penting pada infeksi-infeksi rekuren dan
infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan manipulsi urologis, kalkuli
atau obstruksi.
Pada wanita biasanya karena
bakteri-bakteri daerah vagina ke arah uretra atau dari meatus terus naik ke kandumg
kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi yang tersering disebabkan
karena infeksi E.coli.
Pada pria biasanya sebagai akibat
dari infeksi di ginjal, prostat, atau oleh karena adanya urine sisa (misalnya
karena hipertropi prostat, striktura uretra, neurogenik bladder) atau karena
infeksi dari usus.
I.3.
MANIFESTASI
KLINIS
1. Dorongan,
sering, rasa terbakar, dan nyeri saat berkemih.
2. Nokturiam
nyeri atau spasme pada region kandung kemih dan area suprapubik.
3. Piuria,
bacteria, dan hematuria.
(Diane
C. Baughman, 2000)
I.4.
PATOFISIOLOGI
Cystitis merupakan infeksi saluran
kemih bagian bawah yang secara umum disebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu
Escheriachia Coli peradangan timbul dengan penjalaran secara hematogen ataupun
akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah, baik akut maupun kronik dapat
bilateral maupun unilateral.
Cystitis terutama berasal dari
mikroorganisme pada faeces yang naik dari perineum ke uretra dan kandung kemih
serta menempel pada permukaan mukosa. Agar infeksi dapat terjadi, bakteri harus
mencapai kandung kemih, melekat pada dan mengkolonisasi epitelium traktus
urinarius untuk menghindari pembilasan melalui berkemih, mekanisme pertahan
penjamu dan cetusan inflamasi.
Bakteri dari vagina bisa berpindah
dari uretra ke kandung kemih.Wanita sering menderita infeksi kandung kemih
setelah melakukan hubungan seksual, kemungkinan karena uretra mengalami cedera
pada saat melakukan hubungan seksual.
Kadang infeksi kandung kemih
berulang pada wanita terjadi karena adanya hubungan abnormal antara kandung
kemih dan vagina (fistula vesikovaginal).
Infeksi kandung kemih jarang terjadi
pada pria dan biasanya berawal sebagai infeksi uretra yang bergerak menuju
prostat lalu ke kandung kemih.Selain itu, infeksi kandung kemih bisa terjadi
akibat pemasangan kateter atau alat yang digunakan selama pembedahan.Penyebab
tersering dari infeksi kandung kemih berulang pada pria adalah infeksi prostat
karena bakteri yang bersifat menetap. Antibiotik dengan segera akan melenyapkan
bakteri dari air kemih di dalam kandung kemih, tetapi antibiotik tidak dapat
menembus prostat dengan baik sehingga tidak dapat meredakan infeksi di dalam
prostat. Karena itu, jika pemakaian antibiotik dihentikan, maka bakteri yang
berada di dalam prostat akan cenderung kembali menginfeksi kandung kemih.
Hubungan abnormal antara kandung
kemih dan usus (fistula vesikoenterik) kadang menyebabkan bakteri pembentuk gas
masuk dan tumbuh di dalam kandung kemih. Infeksi ini bisa menyebabkan timbulnya
gelembung-gelembung udara di dalam air kemih (pneumaturia).
Secara normal, air kencing atau
urine adalah steril alias bebas kuman. Infeksi terjadi bila bakteri atau kuman
yang berasal dari saluran cerna jalan jalan ke urethra atau ujung saluran
kencing untuk kemudian berkembang biak disana. Maka dari itu kuman yang paling
sering menyebabkan cystitis adalah E.coli yang umum terdapat dalam saluran
pencernaan bagian bawah. ISK ini adalah radang Pertama tama, bakteri akan
menginap di urethra dan berkembang biak disana. Akibatnya, urethra akan terinfeksi
yang kemudian disebut dengan nama urethritis. Jika kemudian bakteri naik ke
atas menuju saluran kemih dan berkembang biak disana maka saluran kemih akan
terinfeksi yang kemudian disebut dengan istilah cystitis. Jika infeksi ini
tidak diobati maka bakteri akan naik lagi ke atas menuju ginjal dan menginfeksi
ginjal yang dikenal dengan istilah pyelonephritis.
pasu-ginjal (pyelitis) dan pyelobephiritis dan prostatitis, dimana jaringan-jaringan organ terkena infeksi. Kombinasi dari infeksi dan obstruksi saluran kemih dapat menimbulkan dengan cepat kerusakan ginjal serius. Keadaan ini merupakan penyebab penting terjadinya keracunan (septicaemia) oleh kuman-kuman gram negative, yang dapat membahayakan jiwa.
pasu-ginjal (pyelitis) dan pyelobephiritis dan prostatitis, dimana jaringan-jaringan organ terkena infeksi. Kombinasi dari infeksi dan obstruksi saluran kemih dapat menimbulkan dengan cepat kerusakan ginjal serius. Keadaan ini merupakan penyebab penting terjadinya keracunan (septicaemia) oleh kuman-kuman gram negative, yang dapat membahayakan jiwa.
I.5.
PATHWAY
terlampir
I.6.
PEMERIKSAAN
1. Biakan bakteri dan tes sensitivitas
harus
dilakukan atas secret purulen apa pun yang dikeluarkan dari uretra atau
kelenjar Skene serta atas contoh urin aliran tengah yang diambili bersih.
Setelah ostium uretra dibersihkan dengna larutan antiseptic, pasien miksi dan
wadah steril dipakai untuk menampung tengah-tengah aliran. Volume urin yang
tetap, baisanya 0,01 ml, kemudian diinokulasi pada lempengan agarm setelah
inkubasi koloni dihitung dan jumlah satuan pembentuk koloni (bakteri) pada
contoh asli dihitung. Hitung koloni 100.000 atau lebih dianggap menggambarkan
“bakteriuri bermakna”.
2. Sistoskopi
dapat diindikasikan, bila sistitis persisten dan rekurens.
(Ben-Zion Taber, 1994)
I.7.
PENATALAKSANAAN
a) Medikamentosa
Pengobatan
meliputi cairan yang adekuat, analgesic vesika urinaria, seperti fenazopiridin
(Pyridium), dan terapi antimikroba.
Mikroorganisme yang bertanggung jawab
terhadap infeksi tergantung pada riwayat infeksi sebelumnya, terapi antimikroba
sebelumnya, rawat inap, tindakan bedah, dan instrumentasi traktus urinarius.
Basil koliformis gram negative merupakan organism yang biasa diidentifikasi; Escherichia coli bertanggung jawab bagi
lebih dari 80% bacteria yang diidentifikasi dari kasus tanpa komplikasi.
Antimikroba yang tersering diberikan
meliputi sulfisoksazol (Gantrisin) (pada mulanya 2 gram dilanjutkan dengan 1
gram empat kali sehari) dan ampisilin (500 mg empat kali sehari per oral).
Selama kehamilan ampisilin lebih disukai.
Terapi dosis tunggal sering menyembuhkan
wanita dewasa dengan gejala traktus urinarius bawah yang mulatimbulnya akut
tanpa tanda traktus urinarius atas. Paduan yang direkomendasikan meliputi:
sulfisoksazol (1 gram); trimetoprim (160 mg) dikombinasi dengan sulfametoksazol
(800 mg) dan amoksilin (3 gram). Pada “infeksi tanpa komplikasi”, terapi
terutama bertujuan menghilangkan gejala. (Ben-Zion. Taber, 1994)
b) Pendidikan
Pasien
Karena
sistitis dapat disebabkan oleh bakteri feses, maka dapat dianjurkan instruksi
pasien dalam hygiene perineum. Setelah suatu defekasi, feses harus dibersihkan
dari anus dengan arah ke posterior dan jaringan dibuang. Lipatan jaringan kedua
kemudian digunakan untuk membersihkan ostium uretra, peningkatan pembersihan
introitus vagina dengan sabun dan air atau larutan providon-yodium mungkin
bermanfaat.
Sistitis
yang menyertai koitus dapat dicegah dengan memodifikasi posisi koitus maupun
berkemih segera setelah senggama.
1.
I.
KONSEP
DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
II.1.
PENGKAJIAN
A. Anamnesa
1. Identitas
a) Pada
wanita, kebanyakan infeksi kandung kemih diakibatkan oleh infeksi ascenden yang
berasal dari uretra dan seringkali berkaitan dengan aktivitas seksual.
b) Pada
pria, dapat diakibatkan infeksi ascenden dari uretra atau prostat tetapi
agaknya lebih sering bersifat sekunder terhadap kelainan anatomik dari traktus
urinarius.
c) Cystitis pada anak-anak dapat terjadi
oleh karena abnormal dalam urinary tract (saluran kencing ). Oleh karena itu,
anak-anak dengan cystitis, khususnya di bawah usia 5 tahun, perlu tindak lanjut
khusus untuk mencegah kerusakan ginjal nantinya.
2. Keluhan
Utama
Biasanya pasien
mengeluh nyeri dan rasa panas pada saat berkemih.
3. Riwayat
Kesehatan
a. Riwayat
penyakit sekarang:
1) Adanya
disuria, polakisuria, nokturia, rasa tidak enak di daerah suprapubis, nyeri
tekan pada palpasi di daerah suprapubis.
2) Adanya
gejala sistemik berupa pireksia, kadang-kadang menggigil; sering lebih nyata
pada anak-anak, kadang-kadang tanpa gejala atau tanda-tanda infeksi lokal dari
traktus urinarius.
b. Riwayat
penyakit dahulu:
1) Kaji
riwayat ISK sebelumnya.
2) Kaji
apakah pasien menderita diabetes, karena biasanya lebih sering terjadi pada
penderita diabetes.
3) Pada
wanita, kaji apakah pernah menggunakan kontrasepsi atau diafragma, karena
penyakit ini dapat meningkat pada wanita yang menggunakan kontrasepsi atau
diafragma yang tidak terpasang dengan tepat.
c. Riwayat
Psikososial
Nyeri dan kelelahan
yang berkenaan dengan infeksi dapat berpengaruh terhadap penampilan kerja dan
aktivitas kehidupan sehari-hari.
B.
Pemeriksaan
fisik
a)
Data
objektif
-
Pemeriksaan Abdomen: gambaran ini
biasanya normal, dengan kemungkinan kekecualian nyeri tekan suprapubik.
-
Pemeriksaan Pelvis: secret purulen dapat
diekspresikan dari uretra atau kelenjar Skene. Divertikel uretra dicurigai,
bila pus tampak pada ostium uretrae eksternum setelah uretra dikosongkan
melalui vagina dengan jari dalam vagina. Pada pemeriksaan bimanual, nyeri tekan
vesika urinaria dapat dipalpasi. Sering, pemeriksaan pelvis benar-benar normal.
b)
Pemeriksaan
per-sistem
1.
B1
(Breath)
RR meningkat karena nyeri.
2.
B2
(Blood)
Peningkatan tekanan darah,nadi
meningkat,suhu meningkat
3.
B3
(Brain)
Biasanya tidak mengalami masalah
4.
B4
( Bladder )
Nyeri tekan pada palpasi di daerah
suprapubis, Urin keruh dan mungkin berbau tidak enak dengan leukosit,
eritrosit, dan organisme.
5.
B5
( Bowel )
Biasanya tidak mengalami masalah
6.
B6
( Bone )
Biasanya tidak mengalami masalah
II.2.
DIAGNOSA
1. Infeksi yang berhubungan dengan
adanya bakteri pada kandung kemih.
2. Perubahan pola eliminasi urine
(disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) yang berhubungan dengan
Inflamasi pada kandung kemih.
3. Nyeri akut yang berhubungan dengan
proses penyakit.
4. Kurang pengetahuan yang berhubungan
dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan
instruksi perawatan di rumah.
II.3.
INTERVENSI
1. Infeksi
yang berhubungan dengan adanya bakteri pada kandung kemih.
Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan pasien memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda infeksi.
Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan pasien memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda infeksi.
Kriteria Hasil:
-
Tanda
vital dalam batas normal
-
Nilai
kultur urine negative
-
Urine
berwarna bening dan tidak bau
Intervensi:
1)
Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika
suhu diatas 38,50 C.
Rasional: Tanda vital menandakan
adanya perubahan di dalam tubuh.
2)
Catat karakteristik urine.
Rasional: Untuk
mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan.
3)
Anjurkan pasien untuk minum 2 – 3 liter jika tidak
ada kontra indikasi.
Rasional: Untuk mencegah stasis
urine.
4)
Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan
sensivitas untuk menentukan respon terapi.
Rasional: Mengetahui seberapa jauh
efek pengobatan terhadap keadaan penderita.
5)
Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih
secara komplit setiap kali kemih.
Rasional: Untuk mencegah adanya
distensi kandung kemih
6)
Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap
bersih dan kering.
Rasional: Untuk menjaga kebersihan
dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra.
2.
Perubahan
pola eliminasi urine (disuria, dorongan frekuensi dan atau nokturia) yang
berhubungan dengan Inflamasi pada kandung kemih.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan
keperawatan klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat.
Kriteria Hasil:
-
Klien
dapat berkemih setiap 3 jam.
-
Klien
tidak kesulitan pada saat berkemih.
-
Klien
dapat BAK dengan berkemih.
Intervensi:
1) Ukur dan catat urine setiap kali
berkemih.
Rasional: Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/out put.
Rasional: Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/out put.
2) Anjurkan untuk berkemih setiap 2 – 3
jam
Rasional: Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria.
Rasional: Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria.
3) Palpasi kandung kemih tiap 4 jam
Rasional: Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih.
Rasional: Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih.
4) Bantu klien ke kamar kecil, memakai
pispot/urinal.
Rasional: Untuk memudahkan klien di dalam berkemih.
Rasional: Untuk memudahkan klien di dalam berkemih.
5) Bantu klien mendapatkan posisi
berkemih yang nyaman.
Rasional: Supaya klien tidak sukar untuk berkemih.
Rasional: Supaya klien tidak sukar untuk berkemih.
3. Nyeri
akut yang berhubungan dengan proses penyakit.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien merasa nyaman dan nyerinya berkurang.
Kriteria Hasil:
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien merasa nyaman dan nyerinya berkurang.
Kriteria Hasil:
-
Pasien
mengatakan/tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih.
-
Kandung
kemih tidak tegang.
-
Pasien
nampak tenang.
-
Ekspresi
wajah tenang.
Intervensi:
1) Kaji intensitas, lokasi, dan factor
yang memperberat atau meringankan nyeri.
Rasional: Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi.
Rasional: Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi.
2) Berikan waktu istirahat yang cukup
dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran.
Rasional: Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot-otot.
Rasional: Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot-otot.
3) Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika
tidak ada kontra indikasi.
Rasional: Untuk membantu klien dalam berkemih.
Rasional: Untuk membantu klien dalam berkemih.
4) Berikan obat analgetik sesuai dengan
program terapi.
Rasional: Analgetik memblok lintasan nyeri.
Rasional: Analgetik memblok lintasan nyeri.
4. Kurang pengetahuan yang berhubungan
dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan
instruksi perawatan di rumah.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak memperlihatkan tanda- tanda
gelisah.
Kriteria hasil :
-
Klien
tidak gelisah
-
Klien
tenang
Intervensi:
1) Beri support pada klien.
Rasional: Agar
klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME.
2) Beri penjelasan tentang penyakitnya.
Rasional: Agar klien mengerti.
Rasional: Agar klien mengerti.
3) Kaji tingkat kecemasan:
Rasional: Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien.
Rasional: Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien.
4) Beri kesempatan klien untuk
mengungkapkan perasaannya.
Rasional: Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan.
Rasional: Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Baughman,
Diane C. 2000. Keperawatan Medikal-
Bedah: Bukus Saku untuk Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC.
http://irma-r-fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-44723-Umum-SISTITIS.html. Di akses pada 24 April 2014.
http://musyrihah-megarezky.blogspot.com/2011/11/askep-sistitis.html. Di akses tanggal 24 April 2014.
Taber, Ben-Zion. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan
Ginekologi (Manual of Gynecologic and Obstetric Emergencies) / Ben-Zion
Taber—Edisi 2. Jakarta: EGC.
Tambayong,
Jan. 2000. Patofisiologi untuk
Keperawatan / Jan Tambayong. Jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar